TUGAS FISIOLOGI TUMBUHAN
RESPIRASI PADA TUMBUHAN
OLEH :
Kelompok : 7 (tujuh) A
Anggota
: NURHAYATI
WIDIA RAHAYU SAFITRI
Dosen : Dr. Linda Advinda, M.Kes
Irma leilani Eka Putri, S.Si M. Si
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU
PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2015
A.
PENGERTIAN
RESPIRASI
Respirasi adalah proses
utama dan penting yang terjadi pada hampir semua makluk hidup, seperti halnya
buah. Proses respirasi pada buah sangat bermanfaat untuk melangsungkan proses
kehidupannya. Proses respirasi ini tidak hanya terjadi pada waktu buah masih
berada di pohon, akan tetapi setelah dipanen buah-buahan juga masih
melangsungkan proses respirasi. Pada
tumbuhan, respirasi dapat berlangsung melalui permukaan akar, batang, dan daun.
Respirasi yang berlangsung melalui permukaan akar dan batang sering
disebut respirasi lentisel. Sedang respirasi yang berlangsung melalui permukaan
daun disebut respirasi stomata (Nurfauziawati, 2011).
Menurut Santosa (1990), “Respirasi
adalah reaksi oksidasi senyawa organik untuk menghasilkan energi yang digunakan
untuk aktivitas sel dan dan kehidupan tumbuhan dalam bentuk ATP atau senyawa
berenergi tinggi lainnya. Selain itu respirasi juga menghasilkan
senyawa-senyawa antara yang berguna sebagai bahan sintesis berbagai senyawa
lain. Hasil akhir respirasi adalah CO2 yang berperan pada
keseimbangan karbon dunia. Respirasi berlangsung siang-malam karena
cahaya bukan merupakan syarat”.
Respirasi merupakan proses
katabolisme atau penguraian senyawa organik menjadi senyawa anorganik.
Respirasi sebagai proses oksidasi bahan organik yang terjadi didalam sel dan
berlangsung secara aerobik maupun anaerobik. Dalam respirasi aerob diperlukan
oksigen dan dihasilkan karbondioksida serta energi. Sedangkan dalam respirasi
anaerob dimana oksigen tidak atau kurang tersedia dan dihasilkan senyawa selain
karbondiokasida, seperti alkohol, asetaldehida atau asam asetat dan sedikit
energi (Lovelles, 1997).
Seperti yang diuraikan diatas,
respirasi berlangsung baik ketika ada maupun tidak ada oksigen. Ketika tidak
ada oksigen terjadi fermentasi, yang merupakan penguraian gula yang terjadi
tanpa oksigen. Akan tetapi, jalur katabolik yang paling dominan dan efisient
adalah respirasi aerobik, yang menggunakan oksigen sebagai reaktan bersama
dengan bahan-bahan organik (aerobic berasal dari kata Yunani aer,
udara dan bios, kehidupan). Beberapa prokariota menggunakan zat selain
oksigen sebagai reaktan dalam suatu proses yang serupa yang memanen energi
kimia tanpa menggunakan oksigen sama sekali. Proses ini disebut respirasi
anaerobik (awalan an- berarti ‘tanpa’). Secara teknis, istilah respirasi
seluler mencakup proses aerobik dan anaerobik. Akan tetapi, istilah tersebut
berasal dari sinonim untuk respirasi aerobik karena adanya hubungan antara
proses tersebut dengan respirasi organisme, dimana sebagian besar organisme
menggunakan oksigen (Campbell, 2010).
Berdasarkan kebutuhannya terhadap
oksigen, respirasi dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu (Ata, 2011):
1.
Respirasi Aerob, yaitu respirasi yang memerlukan
oksigen, penguraiannya lengkap sampai menghasilkan energi, karbondioksida, dan
uap air.
2.
Respirasi Anaerob, yaitu respirasi yang tidak
memerlukan oksigen tetapi penguraian bahan organiknya tidak lengkap. Respirasi
ini jarang terjadi, hanya dalam keadaan khusus.
Adapun
perbedaan antara respirasi aerob dan anaerob adalah (Santosa, 1990) :
Aerob
|
Anaerob
|
1.
Umum terjadi
2.
Berlangsung seumur hidup
3.
Energi yang dihasilkan besar
4.
Tidak merugikan tumbuhan
5.
Memerlukan oksigen
6.
Hasil akhir berupa CO2 dan H2O
|
1.
Hanya dalam keadaan khusus
2.
Sementara, hanya fase tertentu
3.
Energinya kecil
4. Menghasilkan senyawa
yang bersifat racun
5.
Tanpa oksigen
6.
Berupa alkohol dan CO2
|
B.
PENTINGNYA
RESPIRASI
Respirasi banyak memberikan manfaat bagi
tumbuhan,manfaat tersebut terlihat dalam proses respirasi dimana terjadi proses
pemecahan senyawa organik, dari proses pemecahan tersebut maka dihasilkanlah
senyawa-senyawa antara yang penting sebagai ”Building Block”. Building Block
merupakan senyawa-senyawa yang penting sebagai pembentuk tubuh.Senyawa-senyawa
tersebut meliputi asam amino untuk protein,nukleotida untuk asam nukleat,dan
prazat karbon untuk pigmen profirin (seperti klorofil dan
sitokrom),lemak,sterol,karotenoid,pigmen flavonoid seperti antosianin dan
senyawa aromatik tertentu lainnya seperti lignin.
Telah diketahui bahwa hasil akhir
dari respirasi adalah CO2 dan H2O hal ini terjadi bila substrat secara sempurna
dioksidasi, namun bila berbagai senyawa di atas terbentuk, substrat awal respirasi
tidak keseluruhannya diubah menjadi CO2 dan H2O. Hanya beberapa substrat
respirasi yang dioksidasi seluruhnya menjadi CO2 dan H2O, sedangkan sisanya
digunakan dalam proses anabolik, terutama di dalam sel yang sedang tumbuh.
Sedangkan energi yang ditangkap dari proses oksidasi sempurna beberapa senyawa
dalam proses respirasi dapat digunakan untuk mensintesis molekul lain yang
dibutuhkan untuk pertumbuhan.
C. SUBSTRAT RESPIRASI
Substrat respirasi adalah setiap
senyawa organik yang dioksidasikan dalam respirasi, atau senyawa-senyawa yang
terdapat dalam sel tumbuhan yang secara relatif banyak jumlahnya dan biasanya
direspirasikan menjadi CO2 dan air. Sedangkan metabolit respirasi adalah
intermediat-intermediat yang terbentuk dalam reaksi-reaksi respirasi.
Substrat respirasi terdiri dari:
·
Karbohidrat merupakan substrat respirasi utama yang
terdapat dalam sel tumbuhan tinggi.
·
Beberapa jenis gula seperti Glukosa, fruktosa dan
sukrosa
·
Pati
·
Lipid
·
Asam-asam Organik
·
Protein (digunakan dalam keadaan dan spesies tertentu)
D.
ENZIM
1.
Ciri-ciri
Enzim
Enzim adalah senyawa protein yang
bertindak sebagai biokatalisator, artinya senyawa tersebut mampu mempercepat
reaksi kimia, tetapi zat itu sendiri tidak ikut bereaksi. Pada umumya enzim
tersusun atas dua bagian yaitu: apoenzim yang mengandung protein, dan koenzim
yang tidak mengandung protein. Enzim juga memiliki cirri-ciri lain seperti
berikut:
a.
Enzim bekerja spesifik, artinya enzim tidak dapat
bekerja pada semua substrat, tetapi hanya bekerjaa pada substrattertentu saja.
b.
Enzim berupa koloid, artinya dalam larutan enzim
membentuk suatu koloid sehingga aktivitasnya lebih besar.
c.
Enzim dapat bereaksi dengan substrat asam maupun basa.
Dengan arti, sisi aktif enzim mempunyai gugus R residu asam amino spesifik.
d.
Termolabil, artinya aktivitas enzim dipengaruhi oleh
suhu. Jika suhu rendah, kerja enzim akan lambat. Semakin tinggi suhu, reaksi
kimia yang dipengaruhi enzim semakin cepat. Namun, jika suhu terlalu tinggi,
enzim akan mengalami denaturasi.
e.
Kerja enzim bersifat bolak-balik (reversibel), artinya
enzim tidak dapat menentukan arah reksi, tetapi hanya mempercepat laju reaksi
hingga mencapai keseimbangan.
2.
Cara
kerja Enzim
Enzim mengkatalis reaksi dengan
meningkatkan kecepatan reaksi. Meningkatkan kecepatan reaksi dilakukan dengan
menurunkan energi aktivasi (energi yang diperlukan untuk reaksi). Penurunan
energi aktivasi dilakukan dengan membentuk kompleks dan substrat.
Kerja enzim dapat diterangkandengan
dua teori, yaitu teori gembok dan kunci, serta teori kecocokan yang terinduksi.
a. Teori Gembok
dan Kunci (Lock and Key Theory)
Pada teori gembok dan kunci
menyatakan bahwa enzim dan substrat akan bergabung bersama membentuk kompleks,
seperti kunci yang masuk ke dalam gembok. Di dalam kompleks, substrat dapat
bereaksi dengan energi aktivasi yang rendah. Setelah bereaksi, kompleks lepas
dan melepaskan produk serta membebaskan enzim.
b. Teori Kecocokan
yang Terinduksi (Induced Fit Theory)
Sisi aktif enzim bersifat fleksibel
sehingga dapat berubah bentuk menyesuaikan bentuk substrat. Ketika substrat
memasuki sisi aktif enzim, bentuk sisiaktif termodifikasi melingkupinya
membentuk kompleks. Ketika produk sudah terlepasdari kompleks, enzim kembali
tidak aktif menjadi bentuk yang lepas, hingga substratyang laindapat bereaksi
dengan enzim tersebut.
Mekanisme
reaksi enzimatis dipengaruhi oleh berbagai faktor meliputi:suhu,PH, konsentrasi
enzim,konsentrasi substrat,zat-zat pengikat (aktivator) dan zat-zat penghambat
(inhibitor).Enzim hanya dapat bekerja maksimum pada kisaran suhu38C -40C dan PH
antara 6-8. Selain itu, penambahan konsentrasi enzim dan konsentrasi substrat
mengakibatkan kecepatan reaksi meningkat hingga dicapai kecepatan konstan.Adanya
zat kimia tertentu juga dapat meningkatkan aktivitas kerja enzim. Sementara
itu, dengan adanya inhibitor, enzim tidak dapat berikatan dengan substrst
sehingga tidak dapat menghasilkan suatu produk.
Ada dua
macam inhibitor enzim yaitu inhibitor kompetitif dan inhibitor non-kompetitif.
Inhibitor kompetitif adalah molekul penghambat yang cara kerjanya bersaing
dengan substrat untuk mendapatkan sisi aktif enzim. Sementara itu inhibitor
non- kompetitif adalah molekul penghambat enzim yang bekerja dengan cara melekatkan
diri pada luar sisi aktif sehingga bentuk enzim berubah dan sisi aktif tidak
dapat berfungsi.
E.
MEKANISME
RESPIRASI
Respirasi terjadi pada seluruh sel yang hidup, khususnya di Mitokondria.
Proses bertujuan untuk membangkitkan energi kimia (ATP). ATP dibentuk dari
penggabungan ADP + Pi (fosfat anorganik) dengan bantuan pompa H+-ATP-ase, dalam
rantai transfer elektron yang terdapat pada membran mitokondria. Peristiwa
aliran elektron dan atau proton (H+) dalam rantai tranfer elektron pada
dasarnya adalah peristiwa Reduksi – Oksidasi (Redoks) (Suyitno,
2006).
Respirasi pada tumbuhan pada dasarnya sama dengan hewan, namun juga ada
kekhasannya. Proses respirasi pada dasarnya adalah proses pembongkaran zat
makanan sumber energi (umumnya glukosa) untuk memperoleh energi kimia berupa
ATP. Namun demikian, zat sumber energi tidak selalu siap dalam bentuk glukosa,
melainkan masih dalam bentuk cadangan makanan, yaitu berupa sukrosa atau
amilum. Karena itu zat tersebut harus terlebih dahulu di bongkar secara
hidrolitik. Demikian pula bila zat cangan makanan yang hendak dibongkar adalah
lipida (lemak) atau protein. Proses pembongkaran ( degradasi ) adalah sebagai
berikut :
Pada umumnya substrat respirasi adalah karbohidrat dengan glukosa sebagai
molekul pertama. Reaksi kimia respirasi dibagi dalam glikolisis, dekarboksilasi
oksidatif, siklus Krebs dan transpor elektron.(Suyitno, 2006)
1. Glikolisis
Glikolisis berasal dari kata glukosa dan lisis (pemecahan), adalah
serangkaian reaksi biokimia di mana glukosa dioksidasi menjadi molekul asam
piruvat. Glikolisis adalah salah satu proses metabolisme yang paling universal
yang kita kenal, dan terjadi (dengan berbagai variasi) di banyak jenis sel
dalam hampir seluruh bentuk organisme. Proses glikolisis sendiri menghasilkan
lebih sedikit energi per molekul glukosa dibandingkan dengan oksidasi aerobik
yang sempurna. Energi yang dihasilkan disimpan dalam senyawa organik berupa
adenosine triphosphate atau yang lebih umum dikenal dengan istilah ATP dan NADH
(Satriyo, 2012).
Lintasan glikolisis yang paling umum adalah lintasan Embden-Meyerhof-Parnas
(EMP pathway), yang pertama kali ditemukan oleh Gustav Embden, Otto Meyerhof
dan Jakub Karol Parnas. Selain itu juga terdapat lintasan Entner–Doudoroff yang
ditemukan oleh Michael Doudoroff dan Nathan Entner terjadi hanya pada sel
prokariota, dan berbagai lintasan heterofermentatif dan homofermentatif
(Satriyo, 2012).
Ringkasan
reaksi glikolisis pada lintasan EMP adalah sebagai berikut:
C6H12O6 + 2 ATP + 2
NAD+ ® 2 Piruvat + 4 ATP + 2 NADH
Sedangkan ringkasan reaksi dari glikolisis,
siklus asam sitrat dan fosforilasi oksidatif adalah:
C6H12O6 + 6 O2 ® 6 CO2 + 2
H2O + energi
Glikolisis adalah serangkaian reaksi kimia yang
mengubah gula heksosa, biasanya glukosa, menjadi asam piruvat. Reaksi
glikolisis berlangsung di dalam sitoplasma sel dan tidak memerlukan adanya
oksigen. Glikolisis dapat dibagi dalam dua fase utama, yaitu (Ata, 2011) :
·
Fase Persiapan (Glukosa diubah menjadi dua senyawa
tiga karbon)
Pada fase ini pertama sekali glukosa
difosforilasi oleh ATP dan enzim heksokinase membentuk glukosa-6-fosfat dan
ADP. Reaksi berikutnya melibatkan perubahan gula aldosa menjadi gula ketosa.
Reaksi ini dikatalis oleh enzim fosfoglukoisomerase dan menyebabkan perubahan
glukosa-6-fosfat yang difosforilasi oleh ATP dan enzim fosfofruktokinase
menghasilkan fruktosa-1,6-difosfat dan ADP. Selanjutnya fruktosa-1,6-difosfat
dipecah menjadi dua molekul senyawa tiga karbon yaitu gliseraldehida-3-fosfat
dan dihidroasetonfosfat, dengan bantuan enzim aldolase. Dihidroasetonfosfat
dikatalis oleh enzim fosfotriosa isomerase menjadi senyawa
gliseraldehida-3-fosfat. Jadi pada fase ini dihasilkan dua
gliseldehida-3-fosfat. Pada fase ini tidak dihasilkan energi tetapi membutuhkan
energi 2 ATP.
·
Fase Oksidasi (Senyawa tiga karbon diubah menjadi asam
piruvat)
Dua senyawa gliseraldehida-3-fosfat
diubah menjadi 1,3-difosfogliserat. Reaksi ini melibatkan penambahan fosfat
anorganik pada karbon pertama dan reduksi NAD menjadi NADH2 yang
dibantu oleh enzim fosfogliseraldehida dehidrogenase. Dengan adanya ADP dan
enzim fosfogliserat kinase, asam 1,3-difosfogliserat diubah menjadi asam
3-fosfogliserat dan ATP dibentuk. Asam 3-fosfogliserat selanjutnya diubah
menjadi asam 2-fosfogliserat oleh aktivitas enzim fosfogliseromutase. Pelepasan
air dari 2-fosfogliserat oleh enzim enolase membentuk asam fosfoenolpiruvat.
Dengan adanya ADP dan piruvat kinase, asam fosfoenolpiruvat diubah menjadi asam
piruvat dan ATP dibentuk. Pada fase ini dihasilkan dua molekul asam piruvat.
Pada fase ini juga dihasilkan energi sebesar 2 NADH2 dan 4 ATP.
Berikut adalah gambar dari proses
glikolisis :
Gambar 1 Gambar
2
Gambar 3
Gambar 4
2. Dekarboksilasi
Oksidatif
Dekarboksilasi oksidatif
adalah reaksi yang mengubah asam piruvat yang beratom 3 C menjadi senyawa baru
yang beratom C dua buah, yaitu asetil koenzim-A (asetil ko-A). Reaksi
dekarboksilasi oksidatif ini (disingkat DO) sering juga disebut sebagai tahap
persiapan untuk masuk ke siklus Krebs. Reaksi DO ini mengambil tempat di
intermembran mitokondria (Fauzi, 2012).
Setelah melalui reaksi
glikolisis, jika terdapat molekul oksigen yang cukup maka asam piruvat akan
menjalani tahapan reaksi selanjutnya, yaitu siklus Krebs yang bertempat di
matriks mitokondria. Jika tidak terdapat molekul oksigen yang cukup maka asam
piruvat akan menjalani reaksi fermentasi. Akan tetapi, asam piruvat yang
mandapat molekul oksigen yang cukup dan akan meneruskan tahapan reaksi tidak
dapat begitu saja masuk ke dalam siklus Krebs, karena asam piruvat memiliki
atom C terlalu banyak, yaitu 3 buah. Persyaratan molekul yang dapat menjalani
siklus Krebs adalah molekul tersebut harus mempunyai dua atom C (2 C). Karena
itu, asam piruvat akan menjalani reaksi dekarboksilasi oksidatif (Fauzi,
2012).
Langkah pertama adalah
pembentukan suatu kompleks antara TPP dan piruvat diikuti dengan dekarboksilasi
asam piruvat. Pada langkah kedua, unit asetaldehida yang tertinggal setelah
dekarboksilasi, bereaksi dengan asam lipoat membentuk kompleks asetil-asam
lipoat. Asam lipoat tereduksi dan aldehida dioksidasi menjadi asam yamg
membentuk suatu tioster dengan asam lipoat. Pada langkah ketiga, terjadi
pelepasan gugus asetil dari asam lipoat ke CoASH, hasil reaksinya adalah
asetil-ScoA dan asam lipoat tereduksi. Langkah terakhir, adalah regenerasi asam
lipoat dengan memindahkan elektron dari asam lipoat tereduksi ke NAD. Reaksi
terakhir ini penting agar suplai asam lipoat teroksidasi secara
berkesinambungan selalu tersedia untuk pembentukan asetil-SCoA dari asam
piruvat. Pada reaksi ini dihasilkan dua molekul asetil-CoA, energi sebanyak 2
NADH2, dan 2 CO2 (Ata, 2011).
3. Siklus Krebs
Siklus Krebs berasal dari nama penemuannya yaitu
Sir Hans Krebs (1980-1981), seorang ahli biokimia Jerman yang mengemukakan
bahwa glukosa secara perlahan dipecah di dalam mitokondria sel dengan suatu
siklus dinamakan siklus Krebs. Siklus Krebs terjadi di matriks
mitokondria dan disebut juga siklus asam trikarboksilat. Hal ini disebabkan
siklus Krebs tersebut menghasilkan senyawa yang mempunyai 3 gugus karboksil,
seperti asam sitrat dan asam isositrat. Asetil koenzim A masuk siklus Krebs
melalui reaksi hidrolisis dengan melepas koenzim A dan gugus asetil (mengadung
2 atom C), kemudian bergabung dengan asam oksaloasetat (4 atom C) membentuk
asam sitrat (6 atom C). Energi yang digunakan untuk pembentukan asam sitrat
berasal dari ikatan asetil koenzim A. Selanjutnya, asam sitrat (C6) secara
bertahap menjadi asam oksaloasetat (C4) lagi yang kemudian akan bergabung
dengan asetil Ko–A. Peristiwa pelepasan atom C diikuti dengan pelepasan energi
tinggi berupa ATP yang dapat langsung digunakan oleh sel. Selama berlangsungnya reaksi
oksigen yang diambil dari air untuk digunakan mengoksidasi dua atom C menjadi
CO2, proses tersebut disebut dekarboksilasioksidatif.
Dalam setiap oksidasi 1 molekul asetil koenzim A akan dibebaskan 1 molekul ATP,
8 atom H, dan 2 molekul CO2. Atom H yang dilepaskan itu kemudian
ditangkap oleh Nikotinamid AdeninDinukleotida (NAD) dan Flavin
Adenin Dinukleotida (FAD) untuk dibawa menuju sistem transpor yang
direaksikan dengan oksigen menghasilkan air (Budiyanto, 2013).
Ada beberapa tahapan dalam Siklus Krebs diantaranya (Jazair, 2011) :
a.
Tahap I
Enzim sitrat sintase mengkatalisis reaksi kondensasi antara asetil
koenzim-A dengan oksaloasetat menghasilkan sitrat. Reaksi ini merupakan suatu
reaksi kondensasi aldol antara gugua metal dan asetil koenzim-A dan gugus
karbonil dari oksaloasetat dimana terjadi hidrolisis ikatan tioester dan
pembentukan senyawa koenzim-A bebas. Reaksi ini adalah suatu hidrolisis
eksergonik yang menghasilkan energi dan merupakan reaksi pendorong pertama
untuk daur krebs.
b.
Tahap II
Merupakan pembentukan isositrat dari sitrat melalui cas-akonitat,
dikatalisis secara reversible oleh enzim akonitase. Enzim ini mengkatalisis
reaksi reversible penambahan H2O pada ikatan rangkap cis-akonitat
dalam 2 arah, yang satu ke pembentukan sitrat dan yang lain ke pembentukan
isositrat.
c.
Tahap III
Oksidasi isositrat menjadi α-ketoglutarat berlangsung melalui pembentukan enyawa antara oksalosuksinat
yang berikatan dengan enzim isositrat dehidrogenase dengan NAD berperan sebagai
koenzimnya. Enzim yang pertama mengkatalisis proses oksidasi isositrat menjadi
oksalosuksinat dan dekarboksilasi oksalosuksinat menjadi α-ketoglutarat. Pengubahan isositrat ke oksaloasetat dapat dihambat oleh
difenilkloroarsin, sedangkan dekarboksilasi oksaloasetat dihambat oleh
pirofosfat.
d.
Tahap IV
Adalah oksidasi α-ketoglutarat menjadi suksinat melalui pembentukan
suksinil koenzim-A, yang merupakan reaksi yang ieversibel dan dikatalisis oleh
enzim kompleks α-ketoglutarat
dehidrogenase. Reaksi ini dikatalisis oleh enzim suksinil koenzim-A sintetase
yang khas untuk GDP. Selanjutnya GTP yang terbentuk dari reaksi ini dipakai
untuk sntesis ATP dari ADP dengan enzim nukleosida difosfat kinase.
e.
Tahap V
Suksinat dioksidasi menjadi fumarat oleh enzim suksinat dehidrogenase yang
berikatan dengan flavin adenine dinukleotida (FAD) sebagai koenzimnya. Enzim
ini terikat kuat pada membrane dalam mitokondrion. Dalam reaksi ini FAD
berperan sebagai penerima hydrogen.
f.
Tahap VI
Merupakan reaksi reversible penambahan satu molekul H2O ke
ikatan rangkap fumarat, meghasilkan L-malat, dengan dikatalisis enzim fumarase
tanpa koenzim. Enzim ini bersifat stereoospesifik, bertindak hanya terhadap
bentuk L-stereoisomer dari malat. Dalam reaksi ini fumarase mengkatalisis
proses penambahan tras atom H dan gugus OH ke ikatan rangkap fumarat.
g.
Reaksi VII (akhir)
L-malat doksidasi menjadi
oksaloasetat oleh enzim L-malat dehidrogenase yang berikatan dengan NAD. Reaksi
ini adalah endergonik tetapi laju rekasinya berjalan lancer ke kanan. Hal ini
dimungkinkan karena reaksi berikutnya, yaitu reaksi kondensasi oksaloasetat
dengan asetil koenzim-A adalah reaksi eksergonik yang ireversibel.
4. Transpor
Elektron
Tahap akhir dari respirasi aerob adalah sistem
transpor elektron sering disebut juga sistem (enzim) sitokrom oksidase atau
sistem rantai pernapasan yang berlangsung pada krista dalam
mitokondria. Pada tahap ini melibatkan donor elektron, akseptor elektron, dan
reaksi reduksi dan oksidasi (redoks). Donor elektron adalah senyawa yang
dihasilkan selama tahap glikolisis maupun siklus Krebs dan berpotensi untuk
melepaskan elektron, yaitu NADH2 dan FADH2 (Magfirah,
2013).
DAFTAR PUSTAKA
Mader, S.
Sylvia.1995.Biology: Evolusi, Kepelbagaian dan Persekitaran.
Kualalumpur :Wm. C. Brown Publisher.
McLaren,
James E. and Lissa Rotundo.1985. Health Biology.Massachusetts: D.C.
Heath and Company.
Moore,
Randy, et al.1995.Biology.Indiana Polis:Brown Publisher.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar