MAKALAH BIOKIMIA
PROTEIN
OLEH :
KELOMPOK 2
1.
NURHAYATI
2.
NOVIA SETIAWATI
3.
DINA OKTAVIATNA
4.
MEDINA FADILA
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2015
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan atas kehadirat
Allah SWT, atas rahmat dan hidayah-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan
makalah Biokimia dengan waktu yang telah
diberikan, dalam penyusunan laporan ini masih jauh dari kesempurnaan namun
demikian penyusun telah berusaha semaksimal mungkin agar hasil dari tulisan ini
tidak menyimpang dari ketentuan-ketentuan yang ada.
Atas dukungan
dari berbagai pihak akhirnya penulis bisa menyelesaikan laporan ini. Untuk itu dalam kesempatan ini penulis
mengucapkan terima kasih kepada Dosen yang mengajar mata kuliah Biokimia Ibu
Dr. Violita, S.Si M.Si yang memberikan pengajaran dan arahan dalam penyusunan
makalah ini.
Penyusun menyadari bahwa laporan ini
masih jauh dari kesempurnaan, karena tak ada gading yang tak retak, begitu pula
dengan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya
membangun demi kesempurnaan makalah ini, dan mudah-mudahan ini dapat bermanfaat
bagi kita semua.
Padang, September 2015
Penulis
A.
STRUKTUR PROTEIN
Protein berasal
dari bahasa Yunani proteios yang
berarti “ barisan pertama”. Kata yang diciptakan oleh Jons J. Berzelius pada
vtahun 1938 untuk menekankan pentingnya golongan ini. Protein memegang peran
dalam hampir semua proses Biologi. Protein dibentuk dari 20 macam Asam Amino.
Asam amino merupakan unit dasar struktur protein. Suatu Asam amino-a terdiri dari gugus amino, gugus karboksil, atom H dan
gugus R tertentu, yang semuanya terikat pada atom karbon a. Asam karbon ini disebut a karena bersebelahan
dengan gugus karboksil (asam). Gugus R menyatakan rantai samping. Asam amino
yang diperlukan tubuh ada 20 macam. Sepuluh
diantaranya sangat penting bagi pertumbuhan sel-sel tubuh manusia dan tidak
dapat dibuat dalam tubuh,
sehingga harus didapatkan dari luar tubuh. Asam amino itu disebut asam amino esensial. Selain asam amino esensial terdapat juga asam amino non-esensial. Asam amino non-esensial merupakan
asam amino yang dapat dibuat dalam tubuh manusia. Bahan bakunya berasal dari asam amino lainnya. Namun ada juga yang mengatakan bahwa asam amino
terbagi menjadi 3, ditambah
dengan asam amino semiesensial.Asam
amino semiesensial adalah asam amino yang dapat menghemat pemakaian
beberapa asam amino esensial. (Stryer, 2000 :
17-18)
Protein
kadang-kadang diperkenalkan sebagai molekul makro pemberi keterangan, karena
urutan Asam Amino dari protein teertentu mencerminkan keterangan genetik yang
terkandung dalam urutan basa dari bagian yang bersangkutan dalam DNA yang
mengarahkan Biosintesa protein. Tiap jenis protein ditandai ciri-cirinya oleh :
1.
Susunan kimia yang khas, setiap individual merupakan senyawa murni.
2.
Bobot molekular yang khas, semua molekul dalam suatu contoh tertentu dari protein
murni mempunyai bobot molekular yang sama. Jenis polimer ini disebut monodispers.
3.
Urutan asam amino yang khas, urutan asam amino dari protein tertentu adalah terinci
secara genetik. Akan tetapi, perubahan-perubahan kecil dalam urutan asam amino
dari protein tertentu dapat terjadi melalui proses yang dikenal dengan mutasi. (Soendoro. R, 1989 : 42-43)
Protein adalah penyusun
kurang lebih 50% berat kering organisme. Protein bukan hanya
sekedaar bahan simpanan atau baha struktural, seperti karbohidrat dan lemak. Tetapi juga berperan
penting dalam fungsi kehidupan. Protein adalah senyawa organik kompleks yang
tersusun atas unsur Karbon (C), Hidrogen (H), Oksigen (O), Nitrogen(N)
dan kadang-kadang mengandung zat Belerang (S), dan
Fosfor(P). Protein merupakan
makromolekul yang terdiri dari satu atau lebih polimer. Setiap Polimer
tersusun atas monomer yang di sebut asam amino. Masing-masing asam
amino mengandung satu atom Karbon(C) yang
mengikat satu atom Hidrogen(H), satu gugus amin(NH2), satu gugus karboksil (-COOH), dan lain-lain (Gugus R).
Berbagai jenis asam amino membentuk rantai panjang
melalui ikatan peptida. Ikatan Peptida adalah ikatan antara gugus karboksil satu asam amino
dengan gugus amin dari asam amino lain yang ada di sampingnya. Asam amino yang
membentuk rantai panjang ini disebut protein (Polipeptida). Polipeptida di dalam
tubuh manusia disintesis di dalam ribosom. Setelah disintesis, protein mengalami ”pematangan” menjadi protein yang
lebih kompleks. (Mountgamery, 1993).
Ada dua jenis protein, dibedakan
oleh hasil-hasil yang diperoleh, apabila protein dihidrolisasi menjadi satuan
monomer penyusun. Ini adalah protein sederhana dan protein berkonjugasi :
Protein sederhana : Hanya asam
amino
Protein berkonjugasi : Asam amino
+ gugus prostetik non protein ( Soendoro, 1989 : 43)
Organisasi struktur protein
dibagi kedalam empat kelas dengan urutan kerumitan yang berkurang kelas-kelas
itu adalah :
1.
Struktur primer
Ini adalah hanya urutan Asam
amino didalam rantai polipeptida dan letak sesuatu jembatan disulfida didalam
rantai protein. Struktur primer protein diselenggarakan oleh ikatan-ikatan
(peptida) yang kovalen.
2.
Struktur sekunder
Hal ini mengacu pada banyaknya
struktur heliks a atau lembaran berlipatan –b setempat yang beraturan dan berhubungan dengan struktur protein secara
keseluruhan. Struktur sekunder protein diselenggarakan oleh ikatan-ikatan
hidrogen antara oksigen karbonil dan nitrogen amida dari rantai polipeptida.
3.
Struktur tersier
Hal ini mengacu pada cara rantai
protein dalam protein berbentuk bulat yang dilekukkan dan dilipat untuk
membentuk struktur 3 – dimensi secara menyeluruh dari molekul protein. Struktur
tersier diselenggarakan oleh interaksi antara gugus-gugus R dari asam amino.
4.
Struktur kuartener
Banayk protein yang terdiri dari
oligomer, atau molekul besar terbentuk dari pengumpulan khas dari sub satuan
yang identik atau berlainan yang dikenal dengan protomer. Penyusun protomer
dalam protein Oligomerik dikenal sebagai struktur kuaterner. Hemoglobin
merupakan suatu contoh baik dari protein semacam itu : terdiri dari tetramer
yang mengandung 2 pasang sub satuan protomerik dengan rantai tunggal. Protein
yang mempunyai bobot molekuler melebihi 50.000 sering menyangkut 2 atau lebih
rantai polipeptida. (Soendoro, 1989 : 46)
B.
SIFAT PROTEIN
1.
Protein tidak berwarna dan hambar.
2. Protein
bervariasi dalam bentuk, protein bisa berbentuk struktur kristaloid sederhana
sampai struktur fibrilar panjang.
3. Struktur
protein terdiri dari dua pola yang berbeda – protein globular dan protein
fibrilar.
4. Protein
globular yang berbentuk bulat dan hadir pada tanaman. Protein Fibrilar yang
seperti benang, mereka umumnya hadir pada hewan.
5. Dengan ukuran besar, protein menunjukkan banyak sifat
koloid.
6. Tingkat
difusi protein sangat lambat.
7. Protein
menunjukkan efek Tyndall.
8. Protein
cenderung mengubah sifat mereka seperti denaturasi. Banyak sekali proses
denaturasi diikuti dengan koagulasi.
9. Denaturasi
mungkin akibat dari agen fisik atau kimia. Para agen fisik meliputi, gemetar,
pembekuan, pemanasan dll agen kimia seperti sinar-X, radiasi radioaktif dan
ultrasonik.
10. Protein
seperti asam amino menunjukkan amfoter yaitu properti, mereka dapat bertindak
sebagai asam dan alkali.
11. Seperti
protein yang amfoterik di alam, mereka dapat membentuk garam dengan kedua
kation dan anion berdasarkan muatan bersih.
12. Kelarutan
protein tergantung pada pH. Kelarutan terendah terlihat pada titik isoelektrik,
kelarutan meningkat dengan meningkatnya keasaman atau alkalinitas.
13. Semua
protein menunjukkan bidang cahaya terpolarisasi ke kiri, yaitu, laevorotatory.
Sifat Kimia Protein
1.
Protein ketika dihidrolisis oleh
asam, seperti asam pekat HCl hasil amino dalam bentuk hidroklorida mereka.
2. Ketika
Protein dihidrolisis dengan alkali menyebabkan hidrolisis asam amino tertentu
seperti arginie, sistein, serin, dll, juga aktivitas optik dari asam amino yang
hilang.
3. Protein yang
reaksi dengan alkohol memberikan ester yang sesuai. Proses ini dikenal sebagai
esterifikasi.
4. Asam amino bereaksi
dengan amina membentuk amida.
5. Ketika asam
amino bebas atau protein dikatakan bereaksi dengan asam mineral seperti HCl,
garam asam terbentuk.
6. Ketika asam
amino dalam medium alkali bereaksi dengan banyak asam klorida, reaksi asilasi
berlangsung.
7. Reaksi
Sanger adalah Protein bereaksi dengan reagen FDNB untuk menghasilkan turunan
berwarna kuning, asam amino DNB.
8. Tes Folin
adalah tes spesifik untuk asam amino tirosin, di mana warna biru berkembang
dengan asam phosphomolybdotungstic dalam larutan alkali karena kehadiran
kelompok fenol.
C.
FUNGSI PROTEIN
Protein memegang peran penting dalam hampir semua proses
biologi.
Peran tersebut terlihat dalam contoh berikut :
1.
Katalis enzimatik. Hampir semua reaksi kimia dalam sistem biologi dikatalis oleh makromolekul
spesifik yang disebut enzim. Sebagian reaksi seperti hidrasi karbondioksida
bersifat sederhana, sedangkan reaksi lainnya seperti replikasi kromosom sangat
rumit. Enzim mempunyai daya katalitik yang besar, umumnya meningkatkan
kecepatan reaksi sampai jutaan kali. Transformasi kimiawi in vivo sukar
berlangsung tanpa kehadiran enzim. Ribuan enzim telah diketahui sifatnya dan
banyak diantaranya telah dapat dikristalisasi. Fakta menunjukkan bahwa hampir
semua enzim yang dikenal adalah protein. Jadi protein merupakan pusat dalam
menetapkan pola transformasi kimia dalam sistem biologis.
2.
Transport dan penyimpanan Berbagai molekul kecil dan ion ditransport oleh protein
spesifik. Misalnya transport oksigen dalam eritrosit oleh hemoglobin, dan
hemoglobin suatu protein sejenis mentransport oksigen dalam otot. Besi dalam
plasma darah terikat pada transferin dan disimpan dalam hati dalam bentuk
kompleks dengan feritin, protein yang lain lagi.
3.
Koordinasi gerak. Protein
merupakan komponen utama dalam otot. Kontraksi otot berlangsung akibat
pergeseran dua jenis filamen protein. Contoh lain adalah pergerakan kromosom
pada proses mitosis dan gerak sperma oleh flagela.
4.
Penunjang mekanis.
Ketegangan kulit dan tulang disebabkan oleh adanya kolagen yang merupakan
protein fibrosa.
5.
Proteksi imun.
Antibodi merupakan protein yang sangat spesifik dan dapat mengenal serta
berkombinasi dengan benda asing seperti virus, bakteri dan sel yang berasal
dari organisme lain.
6.
Membangkitkan dan menghantar impuls syaraf. Respon sel syaraf terhadap cahaya ditemukan pada sel
batang retina. Protein reseptor yang dapat dipicu oleh molekul kecil spesifik
seperti asetilkolin, berperan dalam transmisi impuls syaraf pada sinap yang
menghubungkan sel-sel saraf.
7.
Pengaturan pertumbuhan dan diferensiasi. Pengaturan urutan ekspresi informasi genetik sangat penting bagi pertumbuhan yang
beraturan serta diferensiasi sel. Hanya bagian kecil genom dalam sel yang akan
diekspresikan pada satu saat. Pada bakteri, protein represor merupakan elemen
pengatur yang penting untuk meredam segmen spesifik suatu DNA dalam suatu sel.
Pada organisme tingkat tinggi, pertumbuhan dan diferensiasi diatur oleh protein
faktor pertumbuhan. Misalnya faktor pertumbuhan syaraf mengendalikan
pertumbuhan jaringan syaraf. Aktivitas sel-sel yang berbeda pada organisme
multisel dikoordinasi oleh hormon. Banyak hormon seperti insulin dan TSH
(Thyroid – stimulating hormone) merupakan protein. Protein dalam sel berperan
dalam pengaturan arus energi dan unsur-unsur. ( Strayer, 2000 : 17-18)
D.
SUMBER – SUMBER PROTEIN
Protein terdiri dari beberapa asam amino, yang mana sebagian
dapat diproduksi oleh tubuh dan sebagian lagi tidak. Asam amino yang tidak
dapat diproduksi oleh tubuh atau disebut dengan asam amino essensial dapat kita
peroleh dari makanan. Sumber protein sendiri digolongkan menjadi dua golongan,
yakni sumber protein nabati atau sumber protein yang berasal dari
tumbuh-tumbuhan seperti sayur-sayuran, buah-buahan, atau kacang-kacangan.
Sedangkan golongan kedua adalah sumber protein hewani atau summber protein yang
berasal dari hewan.
1. Ikan
Tentunya kita semua
sudah tahu kalau ikan merupakan makanan tinggi protein. Namun, berbeda dengan
daging, kita tidak perlu kuatir akan kandungan lemak pada ikan. Beberapa jenis
ikan, seperti gindara memiliki kadar lemak yang sangat rendah. Ikan lainnya
seperti salmon dan tuna memiliki kandungan lemak yang cukup banyak, namun
jangan kuatir karena lemak yang terkandung di dalamnya merupakan lemak baik
Omega 3.
2. Susu
dan produk olahan lainnya
80% protein pada whole
milk merupakan protein kasein, sedangkan 20% sisanya adalah protein whey.
Protein whey dapat diserap dengan cepat oleh tubuh sehingga cocok untuk
dikonsumsi. Susu juga penting untuk pertumbuhan tulang dan gigi.
3. Telur
Telur adalah salah
satu makanan yang lazim untuk dikonsumsi. Telur memilki kandungan protein yang
tinggi.
4. Daging
merah
Konsumsi daging merah seperti daging
sapi, kambing dan domba baik untuk tubuh. Selain sebagai sumber protein, daging
merah juga penting sebagai sumber vitamin B12 and zat besi (
Yuniarti, 2003 : 35)
E.
KLASIFIKASI ASAM AMINO
-
Asam
amino essensial
Ada 10 macam asam amino yang
dibutuhkan makhluk hidup untuk pertumbuhan yang tidak dapat disintesis
tubuh , asam amino ini dinamakan asam amino esensial. Satu cara sintesis adalah pengubahan asam amino yang
terdapat berlebih menjadi asam amino yang diinginkan oleh suatu reaksi
transminasi. Ternyata ada sembilan jenis asam amino
esensial untuk manusia yang diperlukan untuk pertumbuhan dan pemeliharaan
jaringan tubuh. kesembilan asam amino ini tidak dapat disintesis tubuh, yang
berarti harus ada dalam makanan sehari-hari.
Bila
tubuh mengandung cukup nitrogen, tubuh mampu mensintesis sebelas jenis asam
amino lain, yaitu asam amino tidak esensial yang diperlukan untuk pertumbuhan
dan pemeliharaan jaringan tubuh. Nitrogen ini dapat berasal dari asam amino
tidak esensial dan asam amino esensial yang berlebihan. Sudah tentu ke 20 asam
amino tersebut diperlukan untuk pertumbuhan, perkembangan dan pemeliharaan
kesehatan tubuh.
-
Asam amino nonesensial
Asam amino non esensial adalah Asam
amino yang tidak penting untuk
pembentukan protein tubuh, tetapi asam amino ini bila tidak terdapat dalam
tubuh dapat disintesis tubuh dalam jumlah yang diperlukan. (Fessenden, 1982 : 366)
F.
PEPTIDA DAN IKATAN PEPTIDA
a.
Peptida
Protein merupakan
gabungan dari peptida. Pepetida adalah polimer dari asam amino yang dihubungkan
oleh ikatan peptida. Peptida dapat berupa oligopeptida (2-10) asam amino.
Polipeptida yaitu 11 sampai ratusan bahkan ribuan asam amino. (Azmi Johni, 1999 : 21)
Peptida sederhana
mengandung dua, tiga, empat, atau lebih residu asam amino, masing-masing
disebut dipeptida, tripeptida, tetrapeptida, dan seterusnya. Peptida didapatkan
dari hasil hidrolisis rantai panjang polipeptida, protein. (Wirahadikusumah,
Muhamad. 1989:25)
Penamaan peptida
didasarkan pada komponen asam amino yang menyusunnya, kemudian asam amino
berikutnya akhiran in diganti dengan akhiran il dan asam amino akhir namanya
tetap.
b.
Ikatan Peptida
Ikatan peptida
adalah ikatan yang mengaitkan dua molekul asam amino. Contoh -CO-NH- (ikatan
peptida)
Ikatan
peptida adalah ikatan yang mengaitkan dua molekul asam amino. Contoh -CO-NH-
(ikatan peptida). Pembentukan (formasi) ikatan peptida asam amino penyusunnya
secara termodinamika kurang menguntungkan. Ilmu daya usaha yang tidak
menguntungkan dari pembentukan katan peptida, menyebabkan protein terhidrolisa
secara spontan. Akan tetapi reaksi luarnya lambat tanpa adanya katalis. (Page
& Soendoro. 1989:44)
Suatu
polipeptida terbentuk sebagai hasil kondensasi asam amino, yang menghasilkan
molekul linier. Biasanya satu ujung rangkaian sisa-sisa asam amino ini
mempunyai gugus karboksil bebas. Polipeptida dinamakan sebagai derivat asam
amino dengan gugus karboksil bebas. (Montgomery, dkk. 1993:89)
Perbedaan
antara polipeptida dan protein tidaklah jelas, istilah protein biasanya mengacu
pada suatu biopolimer dengan berat molekul lebih besar dari beberapa ribu. Sedangkan
suatu polipeptida mempunyai berat molekul yang lebih kecil, dan jika jumlah
asama amino dalam molekul diketahui, maka polipeptida itu dapat disebutkan.
Misalnya horon glukagon merupakan non-aikosapeptid (29 asam amino), dan
oksitosin serta vasopresin adalah nonpeptid (9 sisa asam amino), sistin
dihitung sebagai 2 sisa asam amino.
Pada akhir tahun
1930-an, Linus Pauling dan Robert Corey mulai mempelajari struktur asam amino
dan peptida secara tepat dengan menggunakan teknik kristalografi sinar-X. Tujuannya
adalah untuk mengetahui standar jarak dan sudut ikatan dalam unit penyusun
untuk meramalkan konformasi protein. Salah satu hasil penemuan yang penting
adalah bahwa unit peptida bersifat kaku dan planar. Hidrogen gugus amino hampir
selalu trans (berlawanan) terhadap oksigen gugus karbonil. Pengecualian adalah
ikatan peptida X-Pro (X menyatakan sembarang residu), yang dapat cis (pada sisi
yang sama) atau trans. Ikatan antara atom karbon karbonil dengan atom nitrogen
unit peptida tidak bebas berputar, sebab ikatan ini merupakan ikatan rangkap
parsial. (Stryer, Lubert. 2000:27)
Unit Peptida
Bersifat Kaku dan Planar
Kondensasi gugus
amino dari satu asam amino dengan gugus karboksil asam amino lain membentuk
ikatan peptida dengan stabilisasi resonansi yang menghasilkan susunan
pengaturan planar terdiri dari 6 buah atom yang turut berperan serta. Jika dua
atau lebih ikatan peptida digabungkan, pergerakan yang paling lentur sedikit
banyak akan ekivalen dengan suatu rantai yang tiap sambungannya merupakan ikatan
peptid C-N, dapat bergerak sebesar suatu sudut tertentu terhadap sambungan
berikutnya. Suatu struktur polipeptid dengan kelenturan maksimum semacam ini
disebut mempunyai konformasi gulungan rambang (random coil), konformasi yang merupakan bentuk tiga
dimensi suatu molekul. Akan tetapi sifat-sifat polipeptid yang lain akan
cenderung menstabilkan molekul kedalam bentuk yang lebih kaku. Dengan
mengecualikan sambungan-sambungan silang, seperti ikatan -S-S di dalam suatu
sisa sistinil, unsure-unsur penstabil struktur ini adalah ikatan hydrogen,
antaraksi ionic, dan antaraksi hidrofobik.
1.
Ikatan
Hidrogen
Ikatan
hidrogen dapat terbentuk antara gugus -NH- atau -OH dan gugus C=O dalam ikatan
peptid atau -COO- dalam gugus R.
2.
Antaraksi
Ionik
Antaraksi
ionik mencakup ikatan-ikatan ion atau gaya tolak-menolak antara gugus-gugus
bermuatan
3.
Antaraksi
Hidrofobik
Antaraksi
hidrofobik menggambarkan afinitas gugus satu terrhadap yang lain cara yang
sangat serupa dengan penarikan rantai alifatik asam lemak ke tetes minyak dalam
emulsi air- minyak. Gugus hidrofobik ditolak keluar dari air. Jadi terdapat
afinitas antara gugus R asam amino alifatik atau gugus aromatic fenilalanin dan
triptofan.
Segmen
konformasi rantai polipeptid
Gulungan rambang
lentur yang dibentuk dari suatu polipeptid dapat tersusun baik dalam suatu
bentuk heliks ataupun suatu bentuk lembaran berlipat untuk dapat memperoleh
jumlah ikatan hidrogen yang maksimum antara sambungan-sambungan peptid. Dengan
tidak adanya factor-faktor penstabil yang lain, susunan ini akan memberikan
konformasi yang lebih stabil daripada gulungan rambang.
Lembaran
berlipat
1.
Lembaran
berlipat sejajar
Rantai
polipeptid yang tersusun dengan ujung-ujung akhiran karboksilnya searah. Tiap
ikatan peptid bersama dengan ikatan peptid yang bersebelahan dari rantai yang
lain berperan dalam pembentukan hidrogen. Konformasi semacam ini menempatkan
gugus-gugus R pada kedua sisi lembaran, suatu hal yang penting jika
diperhatikan lapisan satu lembar polimolekul di atas yang lainnya. Rambut atau
wol pada panas lembab dapat direntangkan guna membentuk konformasi jenis
ini.
2.
Lembaran
berlipat antisejajar
Konformasi
serupa diperoleh bila dua rantai polipeptid bersebelahan berjalan berlawanan
arah. Konformasi ini kurang umum dijumpai pada protein manusia, contoh paling
baik dalam alam ialah fibroin sutera. (Montgomery,dkk.1989:90-93)
Struktur dari peptide
Struktur peptida
dapat dibagi atas 4 macam yaitu struktur primer, struktur sekunder, struktur tertier
dan struktur kuartener.
1.
Struktur
primer
Struktur primer peptida ini jarang didapatkan di alam,
tetapi struktur ini terjadi karena adanya ikatan peptida antara asam amino
pertama dengan asam amino berikutnya.
Struktur ini merupakan struktur yang cukup kuat sehingga
sulit diputuskan karena ikatannya berupa ikatan kovalen, kecuali dengan
hidrolisa asam yang kuat seperti HCL dan H2SO4.
2.
Struktur
sekunder
Struktur sekunder peptida terjadi karena adanya ikatan
hidrogen antara asam amino yang pertama dengan asam amino yang ketiga atau
paling kurang melewati 1 asam amino lainnya, bisa 1 dengan 3, 1 dengan 4, 1
dengan 5 dan seterusnya.
Akibat adanya ikatan hidrogen antara asam amino1 dengan 3
dan berikutnya maka struktur sekunder berbentuk helik atau zigzag.
3.
Struktur
tertier
Struktur
tertier peptida merupakan struktur yang lebih komplek, merupakan gabungan dari
struktur sekunder. Di alam struktur ini paling banyak ditemukan. Struktur ini
sangat kompak, karena selain adanya ikatan peptida, ikatan hidrogen, juga
didapatkan ikatan yang lain dengan struktur seperti gambar dibawah ini :
Walaupun
strukturnya sangat kompak tetapi mudah rusak oleh pengaruh perubahan pH,
perubahan temperatur, dan pelarut organik. Maka kerusakan protein sewaktu
denaturasi dan koagulasi dihubungkan dengan kerusakan struktur ini. Kerusakan
oleh panas tidak menyebabkan perubahan kadar gizi protein, tetapi menyebabkan kerusakan fungsi biologisnya. Misalnya suatu
enzim yang bekerja pada temperatur optimum 37 derajat C bila dilakukan
pemanasan di atas suhu tersebut maka akan terjadi penurunan aktifitasnya,
sehingga fungsinya sebagai katalis tidak optimum lagi.
4.
Struktur
kuartener
Struktur
kuartener peptida merupakan suatu gabungan yang lebih komplek dari struktur
tertier. (Azmi, Johni.
1999:22-25)
DAFTAR PUSTAKA
Azmi, Johni. 1999. Biokimia
1 (Biomolekul). Padang : UNP Press
Fessenden,
Fessenden. 1982. Kimia Organik Edisi
Ketiga. University of montana : Erlangga
Montgomery, dkk. 1993. Biokimia Jilid 1. Yogyakarta : Gadjah Mada Universty Press
Strayer,
Lubert. 2000. Biokimia vol. Edisi 4 /
Biochemistry. New York : Fakultas Kedokteran UI
Soendoro,
R. 1989. Prinsip-prinsip Biokimia. FK
Universitas Airlangga, Surabaya : Erlangga
Wirahadikusumah, Muhamad. 1989. Biokimia. Bandung : ITB Bandung
vd vr videos - vdvvideos.cc
BalasHapusvd vr videos - vdvvideos.cc - Discover vdvideos and view vdvvideos videos related to vdvvideos, from the creators of vdvideos. download youtube videos